Kisah
Jam Dinding
Oleh
Ceria Kristi Br Tarigan
Pagi
ini sangat cerah. Jendela kamar Tina terbuka lebar agar udara di dalam kamar
dapat berganti. Benda di sekitar kamar tersusun rapi. Di ruang kamar, Tina
mempunyai jam. Masing-masing terdiri dari jam dinding, jam tangan dan jam
beker. Di antara jam itu, jam dinding merasa iri. Dan sekaligus sedih. Mereka
mempunyai kelebihan masing-masing. Sementara jam dinding tidak.
Mereka
hebat. Aku tidak mempunyai keunggulan seperti mereka. Aku hanya bisa berdiam sendiri.
Memutar jarum jam untuk menunjukkan waktu kata jam dinding dalam hati .
“Hei,
kenapa kamu? Pagi ini kamu sudah murung. Cuaca sangat cerah”, tanya jam beker.
Percakapan
mereka terhenti. Tetap saja Jam dinding sangat iri sekali.
“Andai
saja aku seperti mereka, aku pasti dapat diajak kemanapun, melihat-lihat
lingkungan yang luas”, ujar jam dinding.
Tina
pun pulang sekolah. Kebiasaan Tina selalu memakai jam tangan. Tina meletakkan
jam tangan di atas meja. Dekat dengan jam beker. Percakapan diantara mereka pun
terjalin. Jam tangan menceritakan kisahnya kepada jam beker.
“Apa
yang kamu lihat di luar sana Jam tangan?”tanya jam beker.
“Banyak
sekali. Aku menemukan teman-temanku seperti aku. Lalu, aku belajar di
sekolah..Aku pasti pintar, jika aku selalu dipakai, di luar sana banyak sekali
pemandangan”, jawab jam tangan
“Hei,
bisa tidak kamu berhenti bercerita. Kalian jika sudah bertemu selalu bercerita
panjang”, ketus Jam dinding iri.
“Kami
ini adalah sahabat. Aku ingin bercerita tentang apa saja. Lagi pula, ini kan
sama-sama kamar kita. Jadi tidak salah kami bercerita. Aku tahu kamu tidak
senang kan jika aku bercerita? Sudah lah jam dinding, kamu harus menerima
keunggulan kami!” jawab Jam tangan sombong.
“Aku
tidak iri padamu. Kamu memang punya kelebihan tapi jam beker tidak,”tambah jam
dinding tanpa berpikir panjang
“Aku
mempunyai keunggulan. Aku dapat berbunyi untuk membangunkan orang di pagi hari.
Kamu lupa! Sementara kamu tidak!” jawab jam beker penuh emosi.
Akhirnya
jam dinding kalah. Jam dinding menangis ketika percakapan mereka selesai. Dia pasrah
ketika mereka mengatakan hal seperti itu.
“Aku
mempunyai nasib malang. Lihat saja kelebihan mereka, jam beker mempunyai bentuk
yang kecil dan unik dan dapat membangunkan orang. Lalu, Jam tangan, dia melihat
lingkungan luas di luar sana. Sementara aku hanya bisa berdiam diri, seperti
penjaga rumah. Bentukku yang bulat dan besar ditambah diselimuti abu. Sedikit
pun aku tidak dilirik oleh Tina” batin jam dinding sedih.
Keesokkan
paginya, Jam beker tidak berbunyi karena jam beker tidak diatur. Akibatnya, Tina lama bangun pagi. Namun Tina
hari ini libur. Tina dan mamanya berniat untuk membersihkan ruang kamar Tina.
Termasuk jam dinding Tina dibersihkan dari debu. Jam Dinding pun senang.
Sementara jam beker dan jam tangan iri karena mereka tidak dibersihkan.
Mama
Tina meletakkan Jam dinding berdekatan
dengan jam lainnya sebelum digantungkan di dinding. Tina bertanya pada
mamanya. Apa keunggulan mereka bertiga. Mamanya menjawab ketiga jam
masing-masing sudah ditepatkan pada kewajibannya. Pertama sekali jam tanganlah
muncul untuk digunakan di rumah. Namun karena waktu sangat penting dan agar
tidak terlalu berat maka terbuatlah jam tangan. Lalu dibuatlah jam beker yang
dapat berbunyi untuk membangunkan orang di pagi hari. Semua jam sudah ada
masing-masing fungsinya.
Ketiga
jam itu mendengar penjelasan mama Tina. Jam tangan sadar apa yang dikatakan
mama Tina. Mama Tina pun merapikan kembali posisi jam dengan semula. Beberapa
menit kemudian, mereka saling menyapa.
Taman Riang, Analisa 09 Agustus 2015
No comments:
Post a Comment